Pengaruh
aliran cash flow rupiah terhadap nilai pertukaran rupiah terhadap USD.
Nilai rupiah melemah mencapai Rp 14 ribu.
Nilai tukar rupiah
terhadap dolar yang mencapai Rp14.050 per US$1 memang tak lepas dari fenomena
ekonomi global dan devaluasi mata uang yuan, namun pemerintah juga harus
melihat kinerja tim ekonomi dalam negeri. Devaluasi yuan tersebut, menurut
David Sumual selaku ekonom Bank Central Asia, mengakibatkan terjadinya
perubahan struktural (tectonic shift) dalam pasar finansial global. Rupiah pun
terpengaruh oleh perubahan ini.
"Sejak dua minggu lalu, mata uang global melemah
semua terhadap dolar Amerika," kata David kepada wartawan BBC Indonesia,
Isyana Artharini.
Dari sektor domestik, pelemahan ini juga disebabkan
oleh isu-isu ekonomi yang relatif masih sama, yaitu bagaimana pemerintah
mempercepat belanja agar infrastruktur mulai dibangun dan meyakinkan investor
untuk melakukan investasi langsung. Sayangnya, upaya melakukan investasi
langsung ini terhambat oleh sentimen pasar yang masih negatif terhadap
Indonesia.
Menurut ahlinya, nilai
tukar rupiah yang terus melemah akhir-akhir murni disebabkan oleh faktor eksternal
dan internal. Faktor eksternal yang menyebabkan anjloknya rupiah dapat
disebutkan dengan ringkas seperti di bawah ini.
1.
Aksi
borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang akhir tahun 2014.
Aksi ini dipicu oleh momen liburan panjang seluruh
umat manusia berkaitan dengan perayaan natal dan tahun baru masehi. Kebutuhan
akan Dollar meningkat drastis. Para pelaku dunia usaha yang ingin berlibur atau
pulang kampung tentu lebih memilih dollar untuk pegangan mereka. Di belahan bumi
manapun mereka berada, Money changer mudah ditemukan untuk menukar dollar mereka
ke mata uang negara tujuan.
2.
Kebijakan
moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan Yen.
Menurut BI, sepanjang tahun 2014, euro melemah 13
persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter (quantitative easing/QE)
diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen lebih kompetitif. Imbasnya,
kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi tidak stabil dan mata uang
mereka cenderung melemah.
3.
Menguatnya
Dollar sebagai imbas membaiknya data ekonomis Paman Sam dan keinginan AS menaikan suku bunga lebih cepat dari
perkiraan.
Menurut Chief Economist & Strategic Investment
IGIco Advisory Martin Panggabean, kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap
tingginya capital outflow. Martin menganjurkan agar pemerintah tetap
konsisten menerapkan penggunaan rupiah dalam negeri dan menjaga volatilitas
rupiah pada transaksi antarbank dari serangan spekulan.
Selain faktor eksternal di atas. Dikutip dari
berbagai sumber, ada faktor internal yang menodorong semakin lemahnya rupiah.
1.
Kecenderungan
perusahaan dalam negeri membayar utang dalam bentuk dollar.
Misalnya beli sapi India. Perusahaan asal india yang
mengimpor sapi ke Indonesia lebih suka dibayar dengan dollar dari pada
dengan rupee, apalagi dengan rupiah. Dollar akhirnya laris manis dan stok
berkurang. Kurs beli dollar menguat, sedangkan kurs jual rupiah melemah. Ibarat
buah-buahan, kalau sudah membajiri pasaran harganya memang cenderung
melemah. Prinsip pedagang, dari pada merugi atau membusuk, mending mangganya di
jual murah.
2.
Produk
impor membanjiri pasaran, sementara ekspor negara kita agak rendah.
Negara mengalami devisit perdagangan, akibatnya
nilai tukar rupiah melemah. Celakanya, kita tak bisa mengurangi ketergantungan
terhadap barang impor. Apalagi jika sudah berkaitan dengan bahan baku suatu
industri, katakanlah suku cadang kendaraan bermotor. Kita masih impor dari
Jepang dan Korea Selatan, bahkan kita juara empat soal impor suku cadang
otomatif yang dibuat oleh Thailand. Yang sangat disayangkan pemerintah lebih
suka mengucurkan dana untuk membangun infrastruktur berbiaya tinggi seperti
jalan tol, pelabuhan dan sebagainya. Sisi baiknya memang membuat geliat ekonomi
rakyat meningkat, interkoneksi antar wilayah lebih mendukung. Masalahnya
pergerakan ekonomi tadi, dalam kondisi sekarang, jelas sangat
sedikit manfaatnya jikalau rupiah terperosok terlampau dalam.
Malah mendorong inflasi makin meninggi.
3.
Aktivitas
perusahaan asing membayar dividen dalam bentuk dollar ke negara tujuan.
Seandainya ada aturan yang memproteksi dividen
dengan dollar, tapi disesuaikan dengan negara tujuan, di mana dividen dibayar
dengan mata uang negara pemegang saham, mungkin rupiah tidak akan fluktuatif
tiap semester. Problemnya, pemegang saham mana yang setuju laba mereka
dibayar dengan kurs mata uang yang menjadi figuran semata seperti rupiah?
Maka daripada itu solusi
yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun
emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan
berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di
hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar –
benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas
harga dan mengamankan neraca perdagangan.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point. Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point. Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
SUMBER:
http://maulanabduljabar.blogspot.co.id/2015/10/pengaruh-aliran-cash-flow-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar