Tugas : Ilmu Budaya Dasar Tentang Manusia &
Penderitaan ( Studi Kasus Penderitaan, Media Masa, & Seniman )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kehadirat Tuhan atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami penulis panjatkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
para umatnya yang insyaallah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja
keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat
memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan
karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Aria
Kusumadianto selaku dosen pembimbing Ilmu Budaya Dasar. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan dan pembuatan penulisan ilmiah ini, masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa
yang kami kerjakan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman
maupun pihak lain yang berkepentingan.
Kalimalang, 02 April 2014
Penulis
\
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………….1
Daftar
isi……………………………………………………………………………………...2
Bab 1
Pendahuluan…………………………………………………………………………...3
Bab 2
Pembahasan……………………………………………………………………………6
Bab 3 Contoh Kasus
Manusia Dan Penderitaan……………………………………………...14
Mind Map Manusia Dan
penderitaan………………………………………………………...16
Penutup……………………………………………………………………………………….17
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………...18
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilahkebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa
Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari
golonganmamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaanbahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagaiputri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja,akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar, misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan' dan lain-lain
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagaiputri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja,akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar, misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan' dan lain-lain
Manusia didunia ini dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang
mengembirakan dan cobaan yang menyusahkan. Cobaan tersebut berupata tahapan dan
rintangan yang menguji manusia dalam kehidupan apabila mampumenyelesaikan dengan
baik akan mewndapatkan pahala dan bila mengingkarinya ketentuan yang
ada akan tenggelam dalam penderitaan di akhirat kelak.
Terkadang
manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia
seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan serta melampaui
batatas dan berujung pada penderitaan. Sementara ada pula yang
menghadapi cobaan yang menyusahkan namun tidak kuat menjalani cobaan. Orang
tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu
malah semakin menambah penderitaan. Adapula ketika merasa kesabaran sudah
dibatas perjuangan berhenti melakukan perjuangan padahal keinginan yang
diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga tetap pada pendedritaan
dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu begitusaja dihadapanya. Ada
pula yang menjalani hidup dengan sikap noverkonviden (bermain aman), tidak mau
menghadapi masalah atau lari ndari masah namun yang terjadi mendapati pada
suatu penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya
mengincar kebahagiaan dunia namun di akhirat berujung pada penderitan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah
lepas dari yang namanya masalah baik yang menyusahkan atau yang
menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada
lika-liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatau penderitaan.
Susah
maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti
tejadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada
susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih baik. Manusia perlu
menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akherat dengan
menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia
juga dituntut untuk keimanan Terhadap Tuhannya baik duka maupun duka untuk
semakin mendekatkan diri. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi
penderitaan. Namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang
bernilai lebih berharga. Dan terus belajar menelusuri kehidupan karena
ada hikmah dibalik penderitaan.
Penderitaan datang tak
terduga begitupula kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia
dituntut untuk siap siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini.
Dan sepatutnya kita berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini,
tidak pilih-pilih saat senang semangat sat susah loyo, atau saat duka tabah
saat senang tidak bersukur. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bankit
saat tergelincir.
Semangat
juga bukan semangat yang melampaui batas, dan berusaha
menenenagkan hati, sabar menghadapi penderitaan hati iklas lilahita
ala mengharap ridho Allah. Karena solusi-solusi saat menghadapi penderitaan
akan mudah muncul saat hati tenang dan berfikir jernih. Berbeda dengan
tergesa-gesa menyebabkan solusi di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal
penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. kita juga bukan hanya
menunggu desakan solusi tapi perlu menyambut solusi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari penderitaan dan siksaan?
2. Penderitaan dan sebabnya?
3. Pengaruh penderitaan ?
4. Penderitaan dan perjuangan ?
5. Kekalutan mental ?
6. Penderitaan, Media massa dan seniman ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
Adapun tujuan dilakunkanya penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat
menjelaskan pengertian penderitaan
2. Mahasiswa dapat
memahami hubungan manusia dengan penderitaan.
3. Mahasiswa dapat menemukan solusi dalam menghadapi pender
3. Mahasiswa dapat menemukan solusi dalam menghadapi pender
4.Mahasiswa dapat
memahami penyebab terjadinya penderitaan
5. Mahasiswa dapat
memahahami pengaruh penderitaan yang di hadapi dalam kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan dan Siksaan
Penderitaan berasal dari kata dasar derita.
Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap
kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggun. Jadi dapat diartikan
penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan
dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara
lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komkosisi yang mengalami
kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan,
atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri
keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula kondisi alam yang ekstrem,
seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat
kedinginan.
Ada pula penderitaan yang secara lahiriah
seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa
karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang
diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan
pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain
penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat
kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya
mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus ujian
menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh
menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu
permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam
apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat
urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian
terjadi penderitaan.
Manusia tidak dapat mengatakan setiap situasi
masalahnya sama, penderitaanya sama solusinyapun sama. Penderitaan bersifat
universal dapat datang kepada siapapun tidak peduli kaya maupun miskin, tua
maupun muda. Penderitaan dapat muncul kapanpun dan dimanapun. Semisal saat
seminar di siang hari, suasana pengap, ada kipas anginpun masih kipas-kipas
membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur merentangkan badan di kasur empuk.
Atau makan buah segar dan minum air dingin. Namun pasien rumah sakit di ruang
VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC, banyak buah segar dan air segar di
kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat pulang. Ada lagi orang yang tidak
mempunyai uang merasa menderita tidak dapat wisata saat liburan, namun ada pula
orang yang berpergian membawa uang banyak tanpa bekal hendak liburan ternyata
mobil mogok di daerah yang jauh dari permukiman, dan saat makan siang tiba,
rasa lapar mulai muncur, ternyata uang tidak dapat menolong dari penderitaan
karena tidak ada barang yang bisa di beli, terlebih muncul rasa gengsi atau
keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.
Penderitaan merupakan realita kehidupan
manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap
menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang
menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan
kebahagian. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang
mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia
dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat
penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan.
Sehingga penderitaan merupakan hal yang
bermanfaat apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang
dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang
rugi karena tidak melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmak
dan pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.
Penderitaan juga dapat "menular"
dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari sanak-saudara untuk
membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari orang lain untuk
mengambil pelajaran dan perenungan.
Contoh gamblam penderitaan manusia yang dapat
diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard
(1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar,
sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan. Penderitaan yang menimpanya,
selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa
melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan
orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut.
Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan
ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya.
Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia
mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan
mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba
mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya
dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf
eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang
filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian
ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri,
membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan
filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf,
ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya
yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980)
yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga
dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia
belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya
yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan
merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan
manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa
pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat
sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6
tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang
menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin
yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh
Besar Dunia).
Dalam riwayat hidup Bhuda Gautama yang
dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitbn.
Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang
bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara
megembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun
dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaany hebat pada masa kecil,
hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar
pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah
Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat
menjadi pemimpin bangsanya.
Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan
pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan
tidak ditemui jiwa munafik plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
Di bawah ini adalah beberapa contoh
penderitaan yang mungkin sering kita lihat di lingkungan kita:
1.
Pemutusan hak
kerja : Bagi orang yang sudah berkeluarga mungkin penderitaan ini yang
paling di takutkan apalagi bagi seorang ayah yang mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya,hal ini akan berdampak buruk tidak hanya bagi sang ayah namun juga
bagi keluarganya
2. Kehilangan orang tua : Hubungan kita dengan
orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan diharapkan
bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan berusaha menggantikan
posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan cara selalu berada di
dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.
3. Kemiskinan : Dalam hal ini mungkin semua
orang menderita mengalami kemiskinan.namun miskin disini bukan miskin melarat
melainkan hidup pas-pasan.bagi sebagaian orang hidup seperti itu tidak enak
namun bagi orang lain mungkin hidup seperti itu lebih baik dari pada berlimpah
harta namun anggota keluarga tidak bahagia,semua di atur oleh uang,sibuk dengan
tugas masing”,tidak ada komunikasi.hal itu di buktikan dengan adanya kata-kata
” makan ga makan yang penting kumpul”.
4. Bencana : Tidak ada yang
dapat menghindari sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT. Bencana yang
datang dapat menghilangkan sebagian ataupun seluruh harta benda yang ada,
bahkan dapat mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma yang diakibatkan
oleh bencana juga sulit untuk dipulihkan. Hal ini membutuhkan banyak waktu
untuk seseorang kembali bangkit dan hidup normal dengan membangun kehidupannya
seperti sedia kala.
2.2 Penderitaan dan Sebabnya
Sebab-sebab Timbulnya Penderitaan
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk
manusia.
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit,
siksaan / azab Tuhan.
2.3 Pengaruh Penderitaan
Pengaruh yang Akan Terjadi pada Seseorang Jika Mengalami
Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan
memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul
dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya
penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri.
Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian
tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap negative ini
dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya
gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah,
bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa,
ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap ibu
tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dll.
2.4 Penderitaan dan
Perjuangan
HUBUNGAN PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti akan
mengalami penderitaan, baik
yang berat maupun yang ringan. Penderitaan adalah bagiuan
kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena tergantung kepada manusia itu
sendiri bisa menyelesaikan masalah itu semaksimal munkgin apa tidak. Manusia
adalah makhluk berbudaya, dengan budaya itulah ia berusdaha mengatasi
penderitaan yang mengancam hidupnya atau yang dialaminya. Hal ini bisa mebuat
manusia kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang
melihat atau berada di sekitarnya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia,
artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, tetapi juga harus merasakan penderitaan.
Manusia juga harus optimis tiap mengalami penderitaan tersebut. Katena
penderitaan sebagaimana halnya hanya sebagai ujian dari yang Maha Kuasa.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya untuk meneruskan
kelangsungan hidup. Caranya manusia terssebut harus berjuang menghadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada dan
disertai doa kepada Tuhan supaya kita bisa terhindar dari
segala bahaya dan malapetaka. Manusia hanya berencana tetapi Tuhan juga yang menentukan.
Kelalaian manusia bisa menjadi sumber dari segala penderitaan tersebut.
Penderitaan yang terjadi selasin dialami sendiri ole orang yang bersangkutan,
tetpi juga bisa dialamai oleh orang lain. Penderitaan juga bisa terjadi akibat
kelalaian orang lain atau penderitaan orang lain.
2.5 Kekalutan Mental
KEKALUTAN MENTAL
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan
mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental
adalah :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak
napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah
hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si
penderita baik jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang
3bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental
yang kurang sempurna.
2. Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi
yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya
kearah positif dan negatif.
Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai
usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun
melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang
bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapai nya
apa yang diinginkan.
Bentuk frustrasi antara lain :
1. Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang
tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau
ke kanak-kanakan
3. Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama
(tetap) misalnya dengan membisu.
4. Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan
kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang
sukses dalam imaginasinya
6. Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang
bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain.
7. Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil,
tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasi nya sendiri
yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan
seperti :
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi
Apabila kita kelompokan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut
:
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh
pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena
tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari
sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya anti kawin atau tidak mau
kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap positif yaitu sikap
optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu
adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah
menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat
anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain lain.
2.6 Penderitaan Media Masa dan Seniman
Penderitaan, media masa
dan seniman adalah 3 hal yang tidak bisa dipisahkan. Penderitaan hampir merata
di permukaan bumi ini, banyak kasus – kasus penderitaan seperti kelaparan,
kemiskinan, dll. Semua informasi itu bisa kita peroleh dengan sangat mudah
seiring kemajuan zaman dan pengaruh globalisasi melalui media masa, baik itu
media cetak maupun media elektronik.
Media cetak seperti Koran, majalah, dan lain lain
selalu menyajikan informasi – informasi terbaru setiap harinya. Media
elektronik pun demikian, seiring berkembangnya teknologi yang memudahkan kita
untuk menggali informasi sebanyak – banyaknya bukan hanya melalui siaran radio
dan televisi tapi kini kita bisa mengakses informasi melalui internet, dll.
Kehadiran smartphone dan gadget – gadget canggih lainnya yang berbasis sitem
operasi android dan ios pun turut menunjang kinerja media elektronik untuk
menyampaikan informasi terbaru.
Seniman, mereka lah yang dapat menggambarkan
suasana hati dalam bentuk apapun, baik itu dalam visual maupun audio. Visual
seperti lukisan, wayang, dll. Sedangkan dalam audio mereka dapat menuangkannya
kedalam lirik lagu, puisi, dan lain lain. Tapi terkadang hasil karya mereka
dapat menimbulkan suatu kontroversi bahkan propaganda karena hasil karyanya
tidak bisa diterima oleh masyarakat yang menilainya karena adanya perbedaan
pendapat dll.
Kelaparan adalah salah satu penderitaan global
yang hampir ada di setiap sudut – sudut Negara. Bukan hanya di Negara – Negara
yang tertinggal atau di dataran Afrika, tapi di Negara – Negara besar dan super
power pun masih dapat kita temukan orang orang yang kelaparan, baik itu
gelandangan, pengemis, dll.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa benua Afrika
adalah benua yang memiliki tingkat kelaparan paling besar di dunia. Penderita
gizi buruk dan busung lapar sudah menjadi pemandangan yang tidak asing disana.
Tidak ada makanan dan tidak ada air, yang ada hanyalah tanah yang tandus dan
gersang. Tanah pun mereka makan untuk mengganjal perut mereka tanpa
memperdulikan higientias seperti orang – orang pada umumnya. Tubuh mulai kurus
dan perut kian membuncit, itulah mereka yang hidup dalam penderitaan akibat
kelaparan yang hingga kini tidak ada solusinya. Hanya segelintir orang yang
berhati mulia yang mau menolong mereka dengan cara menjadi sukarelawan atau
hanya sekedar menyumbang uang kepada penyalur, dsb.
Mari kita tengok Negara kita tercinta ini,
disebelah timur Indonesia hampir mengalami nasib yang sama dengan saudara –
saudara kita di Afrika. Padahal Negara kita dikenal sebagai Negara yang sangat
kaya, seperti yang dituliskan dalam suatu lirik lagu “ orang bilang tanah kita
tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman “. Tapi nyatanya tidak semua
daerah bisa mengolah sumber daya alamnya dengan baik, bahkan kini pihak
asinglah yang mengelola sumber daya alam kita.
Suatu kesalahan besar bangsa ini
mempersilahkan orang asing mengolah sumber daya kita karena ketidak mampuan
kita untuk mengolahnya, lalu mereka membawa hasil bumi kita ke negaranya dengan
harga yang murah dan dijual dengan harga yang setinggi – tingginya, sedangkan
kita bisa lihat apa yang kita dapatkan dari hasil kerjasama ini ? tidak ada.
Yang ada hanyalah sumber daya alam yang terus menipis dan kita menjual hasil
bumi kita sendiri dengan harga yang mahal di negeri sendiri, bukankah itu bodoh
? yang kita butuhkan hanyalah seorang pemimpin yang dapat mengambil langkah
tegas untuk mengubah Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan tidak bergantung
kepada bangsa lain yang sebenarnya menipu kita.
Selanjutnya adalah media masa, mereka yang
paling berjasa dalam memberikan informasi kepada semua orang. Tiap detik di
hidup kita pasti ada banyak peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, dan
media masa akan berusaha menginformasikan peristiwa tersebut kepada kita.
Mulai dari radio, televisi, hingga internet,
mereka siap memberikan informasi – informasi terbaru khususnya internet yang
kini sudah tidak diragukan lagi kehadirannya. Hanya dengan mengakses salah satu
situs mesin pencari dan memasukan kata kunci yang akan kita cari, maka dengan
mudahnya kita mendapatkan informasi yang kita cari berkat adanya internet.
Dampak penggunaan internet sendiri pun
beragam, ada yang positif ada juga yang negatif. Semua itu tergantung kepada
para pengguna, bagaimana kita menyikapinya. Dampak positifnya adalah kita dapat
memperoleh informasi lebih mudah dan cepat daripada harus mencari sumber dari
buku ataupun narasumber yang akan diwawancara. Namun ada juga dampak
negatifnya, dikarenakan bebasnya akses dan kurangnya keamanan, maka internet
pun sering kali disalah gunakan. Misalanya untuk mengakses situs – situs
pornografi, bahkan anak kecil pun kini sudah bisa mengakses situs – situs
tersebut karena kurangnya keamanan dan kurangnya perhatian dari orang tuanya.
Seniman, kini orang hanya tahu kalau seniman
itu hanya sekedar penyanyi yang tampil di tv. Itu bukan seniman sesungguhnya.
Pelukis, dalang, penyair, mereka adalah seniman yang mampu menuangkan apa yg
ada disekelilingnya menjadi sebuah karya seni, entah itu lukisan, sajak atau
puisi, cerita wayang, lirik lagu, dll.
BAB III
Contoh Kasus Manusia dan Penderitaan
Dua buah fakta dari WFP (World Food Programme) PBB: 1 dari 2
orang di Indonesia hidup dengan uang di bawah Rp 20.000,00 setiap harinya,
sementara 1 dari 7 orang hanya hidup dengan Rp 6.500,00. Setelah Anda membaca
dua fakta di atas, mari saya ajak Anda untuk berpikir. Nah, berapa jumlah
rupiah yang kita keluarkan untuk sekedar satu kali makan sehari-hari? Sepiring
nasi dan sepuluh tusuk sate ayam, mungkin harganya Rp 12.000,00. Belum lagi
ditambah satu teh botol, anggaplah Rp 2.500,00. Itu adalah harga untuk sekali
makan sehari-hari. Nominal tersebut masih Anda harus dikalikan 2 atau 3,
tergantung dengan berapa kali Anda makan dalam satu hari. Coba Anda jumlahkan.
Ternyata, Anda akan mendapatkan angka yang lebih besar 2 hingga 3 kali lebih
besar dengan Rp 20.000,000, nominal yang lebih rendah dari uang yang dimiliki
separuh penduduk Indonesia. Ironisnya, uang tersebut masih harus digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sandang dan papan, tak hanya pangan. Ilustrasi
hitung-hitungan di atas mungkin agak memusingkan. Anda pastinya akan bergumam
dalam hati, uang makan kok wong diributin? Untuk yang berpenghasilan di atas
rata-rata, hal ini tidak akan menjadi masalah. Uang makan sudah tak perlu
diributkan, dan mungkin saja yang menjadi beban pikiran adalah uang cicilan rumah
atau kendaraan bermotor.
Namun sekali lagi, apakah kita layak menutup mata kepada separuh
jiwa bangsa kita yang tengah berjuang kelaparan? Kita harus membuka hati nurani
kita! Mengapa manusia yang kelaparan perlu mendapat perhatian yang begitu besar?
Saya kira, pertanyaan ini lebih mudah dijawab apabila Anda yang merasakan
dahsyatnya rasa lapar. Gambarannya demikian. Bayangkan bila Anda yang bangun
kesiangan, padahal harus berangkat bekerja. Anggaplah Anda baru saja semalaman
bercengkerama dengan sahabat sehingga Anda tidur larut malam. Tentunya Anda
sudah tidak bisa memikirkan sarapan pagi bukan? Karena Anda membayangkan
supervisor atau bos yang murka karena Anda terlambat! Pukul 10:00 mungkin Anda
sudah mulai pucat dan bel alarm di perut sudah mulai memberi wanti-wanti.
“Hei! Isi saya!â€, katanya. Padahal (lagi-lagi), jam makan
siang baru akan tiba 2 jam lagi! Pukul 11:00, tangan untuk mengetik keyboard
komputer sudah bergetar. Sang perut sudah meronta-ronta. Dan, akhirnya pukul
12:00 tiba. Teng! Anda bergegas ke kantin kantor, memesan makanan, dan rasa
lega yang luar biasa dirasakan. Itulah rasa perut yang kelaparan.
Tentunya saudara kita merasakan lebih dari apa yang kita
rasakan! Masalah kelaparan ini adalah hal yang pelik. Banyak yang bisa menyebabkan
kelaparan, dimulai ketiadaan daya beli pangan, penurunan produksi pangan, dan
hal-hal lain yang melatarbelakangi seperti kondisi politik yang tak kondusif,
perang, bencana, dan perampasan sumber daya alam. Kelaparan ini mengakibatkan
penurunan kesehatan manusia, termasuk kekurangan zat gizi, kerentanan terhadap
paparan penyakit infeksi, menurunkan produktivitas kerja, dan bahkan
meningkatkan angka kematian. Penurunan kualitas sumber daya manusia tentunya
semakin memperburuk keadaan sosioekonomi masyarakat. Alhasil, kelaparan menjadi
rangkaian rantai setan yang jika tidak diputuskan dengan solusi masalah akan
memperburuk keadaan. Mengapa kita perlu perhatikan masalah ini? Yang pertama
adalah tentunya perihal kemanusiaan. Kita adalah insan yang hidup untuk dan
bersama sesama (man for and with others). Masalah ini mungkin masalah klasik
dan cenderung dianggap kolot untuk prinsip manusia urban atau perkotaan. Tetapi
ini bukan masalah modern atau kuno. Ini adalah prinsip azasi bagi manusia yang
dipertanggungjawabkan oleh hati nurani (conscience). Kita masih memilikinya
bukan? Yang kedua adalah alasan medis dan ilmiah. Tidak ada makhluk hidup yang
tidak dapat bertahan tanpa makanan. Hal ini tak dapat lagi terbantahkan.
Keadaan ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan menjadi rantai setan yang
mengerikan. Apa yang harus dilakukan? Bantu mereka! Anda pun membantu dalam
kapasitas kemampuan Anda. Untuk membantu, Anda tak harus menjadi sukarelawan
langsung yang membagi-bagi makanan. Anda dapat melakukannya dari hal yang
paling sederhana. Pertama, Anda dapat menghargai makanan yang ada, konsumsi
secukupnya. Kedua, berikan donasi pada instansi yang terpercaya, misalnya
memiliki afiliasi dengan WFP. Menurut WFP, Rp 3.000,00 yang Anda donasikan bisa
memberi makan 1 anak dalam sehari. Dengan donasi yang sederhana, ternyata dapat
membantu mereka. WFP pun memiliki cara mereka yang sederhana untuk melawan
kelaparan. Mari kita bersama mengatasi kelaparan bangsa kita!
BAB IV
MIND MAP MANUSIA DAN PENDERITAAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam materi ini kita dapet mengetahui tentang
apa itu penderitaan, Kehidupan manusia tidak akan datar pasti bergelombang
maksudnya pasti ada yang menyenagkan dan menyusahkan. Pederitaan juga memiliki
hubungan yang sangat erat dengan manusia, rasa sakit, siksaan menuntut manusia
auntuk bankit nenjadi lebih baik namun ada yang tidak kuat sehingga terjadi
kekalutan Mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati sesuai denan khaidah
agama manusia akan mendapat penderitaan di akhirat berupa pemyiksaan di dalam neraka.
Dalam menghadapi penderitaan setiap orang
pasti melakukan hal yang berbeda untuk menahan atau menyikapinya, ada yang
menyikapinya dengan tindakan positif dan negatif, misalkan yang positif ia akan
lebih berusaha agar tidak mendapatkan penderitaan yang ia sudah alami bahkan
bisa menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam melakukang sebuah inovasi baru,
sedangkan yang negatif ia akan trauma dan membuat kondisi ia menjadi labil
karena terlalu berlebihan mengikapi penderitaannya dan bahkan sampai ingin
bunuh diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar terhindar
dari kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.
5.2 Saran
Diharapkan kalangan mahasiswa dan pembaca
dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada sub bab. Mengingat luasnya
pembahasan dalam makalah ini. Sehingga dapat memahami lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
htmlhttp://arbip.blogspot.com/2010/04/manusia-dan-penderitaan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/tugas-ibd-manusia-dan-penderitaan-minggu3/
Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/kesehatan/masalah-kelaparan-pahami-rasakan-bantu-mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar